berbicara mengenai seni tentu ada karya visual dalam keguruan
tersebut, bab ini memberikan sebuah pandangan kepada para semua orang khususnya
guru untuk mengajar dengan cerdas yang kreatif, kreatifitas merupakan wujud
nyata dari kecerdasan
Maka
guru tidak hanya dituntut untuk cerdas, tapi juga kreatif dalam segala hal,
menjadi kreatif membuat guru dapat berexplorasi lebih jauh dalam menyajikan
materi, kekreatifan guru juga dapat menggugah
keinginan murid untuk belajar, misalnya melalui media dan metode belajar
(sosio drama, praktikum, studi lapangan,
studi kasus, kunjungan ilmiah, dll),
dalam konteks ini saya ambil contoh seperti mata pelajaran matematika, yang
menjadi momok yang menakutkan bagi para siswa dapat menjadi subjek yang paling
digemari oleh siswa oleh karena hasil kreatifitas guru, kreatif tidak harus
selalu mahal dan canggih hal ini dibuktikan oleh tokoh guru yang “menggubah
partisipatif matematika secara gasing dan membumi”, hal ini dapat terjadi karena mereka memiliki sumber gairah utuk
mengajar, yaitu kebahagiaan ketika murid
yang diajar berhasil, guru merupakan status sosial yang terhormat, memiliki
struktur yang terpola melalui kreatifitas artistik dan estetik, dan
keberhasilan yang terulang membuat guru bahagia dan termotivasi untuk memberi
lebih banyak lagi bagi profesinya dan anak-anak didiknya, dalam hal ini guru
merupakan “mitra Sang Pencipta atas pekerjaanya memanusiakan manusia”.
Kecintaan
terhadap Nusantara ini membuat kreatifitas akan mencuat kepermukaan, cinta ini
harus terus diperdalam, dan sebagai guru Ibu Soed telah memberi contoh kepada
kita untuk memberikan karya dan hidup kita bagi bangsa ini, melalui profesi
keguruan, kita dapat memberikan karya yang bermutu dan tak usang bagi kehidupan
dimasa mendatang, yaitu dengan mendidik setiap generasi yang menjadi harapan dengan
penuh cinta kasih dan seluruh kreatifitas kita.
Namun
sukacita yang melimpah sebagai guru tidak lagi
membuat beberapa orang menikmati profesi mereka, hal ini karena mereka menganggap
profesi guru sebagai beban tidak mampu melihat sisi baik dari situasi
yang buruk, karena keindahan mengajar memang tak kasat mata yang nyata secara
gamblang, dan paradigma yang salah mengenai profesi keguruan. Lalu bagaimana
mengobarkan semangat mengajar dan tidak tenggelam dalam paradigma yang salah
tersebut? Jawabannya adalah Antusiasme yaitu dengan memaknai keguruan secara
mendalam untuk mendapat sukacita, kekuatan mental dan tenaga spiritual.
Jika
sebagai guru kita menganggap profesi keguruan sebagai seni maka kita adalah
senimannya dan anak murid kita adalah materi yang harus kita bentuk, dengan
demikian tidak akan ada beban selain keinginan kita untuk bekerja lebih agar
mendapatkan hasil karya yang terbaik yaitu ketika anak didik kita berhasil
menjadi manusia seutuhnya. Hal ini telah dibuktikan oleh Leonardo Davinci
melalui hasil karya seni yang menggugah decak kagum setiap insan yang
melihatnya, dia memiliki minat, vitalitas yang tinggi terhadap pekerjaanya dan
menikmati pekerjaannya sebagai seniman, sama halnya sebagai yang guru harus
bersinergi dengan para didik melalui minat mereka, memahami mereka dan
membantunya mengembangkan bakatnya membuat kita menikmati setiap proses
perkembannya. Dalam proses ini akan terlihat karya seni seorang guru.
Melakukan
hal yang digemari, jika dilakukan dengan konsisten maka akan membuahkan, baik
itu hal positif atau negatif, maka disinilah peran guru mengarahkan para murid,
bakat dan kegemaran tidak mesti terhadap materi yang mahal, hal ini dibuktikan oleh “menteri
internet” kita, bapak Onno W. Purba, yang menghabiskan waktunya untuk trial n error rakit-merakit dan praktek
dengan barang bekas, hal itu meberinya pengetahuan lebih dari teman-temannya
dan membuahkan hasil yang tidak murah pada akhirnya, kisah yang penuh dengan
kecerdasan, kreativitas dan seni yang menggugah semangat.
Sebenarnya
setiap orang adalah cerdas, kecerdasan sebagai kemampuan akal budi sebagai
kecerdasan mendasar, kecerdasan sebagai kemampuan aktif, yaitu melakukan hal secara
terstruktur tersistem dan terbingkai dan kecerdasan sebagai tingkat lanjut
yaitu kemampuan perasaan–kemauan kita yaitu sebagai navigator, kreatifitas
adalah kefasihan memproduksi gagasan dan konsep, kreatif ini juga ada
tingkatannya, yaitu fluency, mix of
ideas, elaboreteness, novelty. Korelasinya adalah semakin cerdas seseorang
semakin kreatif pula dia dalam berbagai hal,
dan seni sendiri merupakan produk kreatifitas, sehingga mengajar dengan
etos seni berarti bekerja dengan mengexpresikan jiwa kreatif-artistik kita
sebagai wujud kecerdasan, dengan demikian maka kita sesungguhnya sedang
mencintai Allah dan semua ciptaanNya.
Bab
ini sangat penting dibaca oleh setiap orang, karena setiap orang adalah guru
dan sumber belajar bagi orang lain,
tetapi terkhusus bagi guru dan para calon guru, bab 6 ini akan mengajarkan kita
untuk mencintai profesi keguruan, karen sebagai guru dan calon guru tidak cukup
hanya sekedar mengajar para murid sebagai rutunitas, dan melakukannya dengan
hambar, guru sebagai role model penting untuk memahami kreatifitas dalam bab
ini, dengan membaca dan memahami bab ini maka setiap guru tidak akan kehilangan
gairah mengajarnya dan akan melihat profesi keguruan sebagai keindahan hidup
dan bukan sebagai beban, karena menjadi guru merupakan menjadi orang yang sangat
terhormat karena menjadi pahlawan dari para pahlawan.
Bab
ini jika diterapkan dalam pengajaran Pendidikan agama Kristen, maka sudah
barang tentu hasilnya akan sangat beragam, karena sebagai guru, terlebih dahulu
kita harus hidup baru agar kita dapat melihat ke dalam diri kita
untuk menemukan cara yang tepat untuk menjadi kreatif dan berseni dalam
pengajaran Pendidikan Agama Kristen. Sesungguhnya kreatifitas ini telah sejak dulu
digunakan oleh para guru tidak terkecuali dalam Pendidikan Agama Kristen, bab
ini justru sangat membantu para Guru Sekolah Minggu dalam mendidik anak sesuai
Pendidikan Agama Kristen, karena “Syarat
yang terpenting bagi seorang guru ialah kepribadiannya sendiri. Sebuah teladan
lebih berharga daripada seratus kata nasehat. Perbuatan seseorang lebih
berpengaruh daripada perkataannya”
Jadi saya menyimpulkan bahwa “apapun yang kita perbuat
hendaklah kita perbuat dengan kasih dan sukacita”, karena yang tugas kita
sebagai guru sangatlah mulia dan haruslah kita ajarkan kepada setiap generasi.
Karena tugas kita untuk mengajar dan
menjadikan seluruh bangsa menjadi murid-Nya.(disadur untuk Pendidikan Kristen, bisa disesuaikan dengan Pendidikan lainnya).