Minggu, Oktober 27, 2013

Komentar saya dalam Tulisan mengenai film "Taare Zamen Paar"



Cerita ini menggambarkan tentang kehidupan,,dimana keluarga sangat berperan dalam membangun karakter,kasih sayang dan perhatian menumbuhkan kecerdasan bagi setiap insan di dunia, cerita ini menginngatkan siapa saja yang menontonnya untuk lebih mendalami arti kehidupan, lebih memahami orang lain,,terlebih perkembangan anak kecil,baik itu sebagai orang tua,,masyarakat umum, khususnya guru, sebagai jembatan keberhasilan dari setiap insan di dunia ini, saya mendapatkan banyak refleksi dari cerita tersebut, berikut saya paparkan masing-masing tokoh dan penilaian saya terhadap mereka

seorang anak disleksia yang lahir dan tumbuh ditengah keluarga biasa yang sederhana namun berkecukupan, kehidupan masa kecilnya normal, selayaknya anak kecil lainnya, dia bisa tertawa, menangis, bercanda, berbicara dan selayaknya anak seumurannya, dia tumbuh normal secara fisik, namun seiring berjalannya waktu maka dia pun semakin berbeda dengan anak lainnya secara akademik, dia punya cita-cita,dia punya hasrat, punya keinginan, tapi dia tidak mampu mengungkapkannnya seperti kebanyakan anak lainya

peranan orang tua sangatlah penting dalam setiap tahap perkembangan anak, bahkan bukan hanya pada anak-anak, peranan orang tua juga turut berpengaruh dalam kehidupan orang dewasa, orang tua sebagai anggota lembaga keluarga menjadi tempat anak pertama kali menimba ilmu sebelum kesekolah, Ishan memiliki orang tua yang baik, seorang ibu yang sangat menyayanginya, siap membantunya dalam pekerjaan rumahnya, menyiapkan semua kebutuhannya setiap hari, meskipun terkadang ibunya terlihat emosi namun pada dasarnya hanya ibunya yang mengerti emosinya (bukan penyakitnya), ibunya hanya mengenal pribadinya tetapi tidak terhadap jiwanya, sebagai ibu rumah tangga, dia cukup cekatan untuk melakukan ini itu, memberikan kasih sayang kepada setiap angota keluarga, namun dia tidak dapat menemukan Ishan  yang sebenarnya, Ishan juga tercukupi secara financial, oleh Karena ayahnya sangat berorientasi pada yang terlihat (materi dan prestasi), ayahnya memiliki ambisi yang baik untuk membuat anaknya disiplin dan berprestasi,namun dia lupa untuk memperhatikan perkembangan jiwa sang anak, mungkin karena kakak dari si Ishan yang tumbuh normal secara fisik dan psikis,maka orang tuanya juga menerapkan hal yang sama terhdap Ishan, sikap ayahnya membuat suatu tembok pemisah antara jiwa si anak dengan jiwanya sehingga dia tidak dapat peka akan perasaan anak-anaknya, dia tidak melakukan pendekatan terlebih dahulu terhadap anaknya jika ada masalah,melainkan memerikan tuduhan dan interogasi yang membuat karakter anaknya semakin hilang

selayaknya anak normal lainnya maka Ishan pun bersekolah di sekolah biasa, secara fisik dia normal,sehingga sulit untuk membedakan dia dari teman-temannya, sebenarnya dia telah memberikan tanda-tanda saat dia tidak mampu menerima instruksi dari gurunya, namun gurunya tidak melakkukan pendekatan yang baik terhadap dirinya, kurangnya pemahaman akan jiwanya membuat potensi yang ada semakin terbelenggu, seharusnya sekolah mendidik dan mengajar, selain itu sekolah juga sseharusnya mampu mengenal jika ada anak-anak yang berbeda dalam sekolah tersebut, saya tidak melihat gurunya mengenali di dengan baik, mereka hanya memberikan ilmu, mereka hanya melihat kognitif si anak didik, dari sudut pandang pribadi mereka melihat affektif buruk si anak dan menyimpulkanya sebagai suatu “kenakalan”.

sekolah yang baru, di dalam film tersebut, saya dapat merasakan bahwa Ishan sangat tertekan dengan kehidupan barunya, dia harus berdaptasi dengan orang- orang baru, guru-guru baru dan cara hidup yang baru, saya dapat merasakan, bahwa meskipun fisiknya diam, namun jiwanya berteriak minta tolong, dia butuh dipahami, butuh orang yang memahami perasaannya. Dia cukup tangguh di sekolah barunya, meskipun masih dalam tahap adaptasi, untuk seorang anak disleksia, dia cukup kuat untuk bertahan dari tekanan, gurunya tidak memahami perbedaan dalam dirinya, gurunya hanya melihat dia seperti anak normal lainnya yang butuh pengajaran lebih keras dan disiplin, sebenarnya guru disekolah barunya baik, mereka mengajar dengan keras namun terlihat menyayangi murid-muridnya, hanya saja, mereka tidak memahami Psikis Ishan.

Nikhumb, Dia guru yang bijaksana, dia memahami bahwa mendidik itu tidak harus kaku dan tegang, dia mampu menciptakan suasana belajar yang santai namun tetap dalam koridor pengajaran yang disiplin, dia memperhatikan setiap peserta didiknya, dia memiliki kepekaan akan perbedaan pribadi ishan, dia tidak memaksakan anak didiknya mengikuti seperti yang dia mau, dia memerikan inspirasi bagi peserta didiknya dan memberikan waktu untuk berexplorasi sesuai kemampuannya masing-masing, guru ini melakukan pendekatan persuasif terhadap Ishan, sehingga dia tahu cara untuk memberikan cara pengajaran yang tepat untuk memunculkan potensi yang ada dalam dirinya.

Di akhir cerita, diberikan makna, bahwa cara dan peranan guru sangatlah penting dalam menyampaikan ilmu kepada peserta didik, saya dapat melihat bagaimana Ishan penuh dengan emosi,berterimakasih kepada gurunya dalam bentuk isyarat, memeluk dan menunjukkan expresi adalah ungkapan  dari dalam hati seorang Ishan, dia tidak mendendam kepada ayahnya, dia ceria dan penuh sukacita saat berkumpul kembali dengan keluarganya.

//pikir dulu sebelum copy-paste//
//tulisan dan analisa sendiri// marletiginting

1 komentar:

pikirkan terlebih dahulu sebelum berkomentar, be positif..